Oleh
: Akhmad Aufa Syukron (2022112088)
“MENDIDIK ANAK BERDASARKAN PARADIGMA ISLAM”
A.
Pengertian
1.
Mendidik
Mendidik itu
berbeda dengan mengajar. Boleh jadi dikotomi makna “mengajar” dan “mendidik”
ini dilateri oleh bahasa Arab, Ta’alluma (mengajar)
yang diambilkan dari kata ‘Alima (mengetahui),
‘Ilmun (pengetahuan) yang tersusun
secara sistematis. Sedangkan Pendidikan terambilkan dari kata Addaba (beradab) yang berarti mendidik
seseorang anak untuk mempunyai adab, sopan santun sehingga selalu berperilaku yang
bernilai. Dalam bahasa Inggris terdapat kata “instruction” (pengajaran, perintah atau petunjuk) dan “education” (pendidikan).[1]
2.
Agama Islam
Secara umum,
agama dapat disejajarkan dengan religion dan al-din. Menurut WJS
Poertwadarminto, agama adalah segenap kepercayaan (kepada tuhan, dewa dan
sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu. Islam ialah agama yang damai, agama yang didalamnya ada
norma-norma yang harus dipatuhi bagi umat muslim. Dalam islam ada hubungan
antara manusia dengan Tuhannya (habluminallah) dan manusia dengan manusia
(habluminnass).
Sedangkan agama
menurut KBBI adalah prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan aturan-aturan
syariat tertentu atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaedah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.[2]
Jadi, dapat
saya simpulkan bahwa mendidik anak berdasarkan paradigma Islam ialah mendidik
seseorang anak untuk mempunyai adab, sopan santun sehingga selalu berperilaku
yang bernilai-nilai Islami dan selalu beriman kepada Allah swt.
B.
Proses Mendidik Anak Berdasarkan Paradigma
Islam
Menurut Prof. Dr.H. Jalaluddin mengatakan bahwa
sifat-sifat agama pada anak-anak adalah:
1.
Tidak mendalam
2.
Rasa ego
3.
Konsep ketuhanan menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan
4.
Ucapan praktek keagamaan
5.
Meniru
6.
Rasa heran.[3]
Konsep dasar anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Sebagaimana dalam
sebuah hadits :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Hadis
riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani
maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak
tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?.
Maksud
dari hadits di atas adalah pengaruh orangtualah yang paling dominan
mempengaruhi anaknya menjadi seorang Yahudi, Nasroni, maupun seorang Majusi
walaupun fitrah anak tersebut adalah islam. Disini seorang anak menjadi seorang
yahudi, nasroni, mapun majusi bukan dari segi kepercayaannya melainkan dari
segi pemikirannya, berpikir seperti orang yahudi, berpikir seperti orang
nasroni dan berpikir seperti orang majusi.
Maka
dari itu orang tua sangatlah penting menjaga dan mendidik anak disetiap proses
baik sebelum kelahirannya hingga sampai ia mampu hidup bersama dengan orang
lain, sebagaimana cara islam mendidik anak.
Cara
Islam Mendidik Anak, adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan dan Mendidik Anak tentang Tauhid
Rasullullah SAW bersabda: “Bukalah lidah
anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat
mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”.
Sesungguhnya
barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup
selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman,
juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas)
Berdasarkan Hadist Nabi diatas, maka,dalam
kitab Al Amali hal.475, Imam Al Baqir dan Imam ash Shadiq raadiyallahu ‘anhuma
berkata, tahapan untuk mengenalkan Allah kepada anak adalah:
a.
Pada usia 3
tahun, ajarkan kepadanya kalimah Tauhid, “Laila ha illallah” sebanyak tujuh
kali.
b. Pada usia 3 tahun 7 bulan, ajarkan kepadanya
kalimah “Muhammad Rasullullah.”
2. Mendidik
Anak tentang Salat
Masih
dalam kitab yang sama, Imam al Baqir dan Imam ash Shadiq ra menerangkan
bagaimana seharusnya kita mengenalkan dan mendidik anak tentang salat.
1.
Setelah anak usia 5 tahun dan telah memahami arah, maka coba tanyakan mana
bagian kanan dan kirinya. Lalu ajarkan padanya arah kiblat dan mulailah
mengajaknya salat.
2. Pada
usia tujuh tahun ajaklah ia untuk membasuh muka dan kedua telapak tangannya dan
minta padanya untuk melakukan salat.
3. Tata
cara berwudhu secara penuh boleh diajarkan pada usia 9 tahun. Kewajiban untuk
melakukan salat serta pemberian hukuman bila meninggalkannya sudah dapat di
terapkan pada usia ini. Karena pada usia ini anak biasanya sudah pandai
memahami akan urutan, aturan dan tata tertib.
3. Hak Anak dalam Pendidikan
Berkaitan
dengan pendidikan agama, ada beberapa hal yang harus orang tua lakukan antara
lain
1.
Memberikan nama yang baik.
2.
Diakikahkan dan dipotong rambutnya (akan lebih
baik dilakukan pada hari ketujuh).
3.
Ada hak anak yang tertambat pada ayahnya yaitu
mendapat pengajaran budi pekerti yang luhur, menulis, dan latihan fisik yang
menyehatkan badannya serta diwarisi harta yang halal.
4.
Tentang ibadah-ibadah dan amalan lainnya
Saat
anak mendekati usia baligh, maka wajib bagi orang tua untuk mmengenalkannya
dengan puasa serta mewajibkan salat. Selain itu juga memerintahkan padanya
untuk mencari ilmu, menghafal Al-Qur’an, dan jika tidak mampu maka perintahkan
padanya untuk mencatat.
Subhanallah,
betapa indah tuntunan yang telah Nabi berikan untuk mendidik anak kita. Sebagai
penutup berikut adalah penjelasan Imam AliZainal Abidin radiyallahu’anhu dalam
kitab Risatul Huquq.
“Adapun
hak anakmu adalah, ketahuilah bahwa ia berasal darimu. Dan segala kebaikan dan
keburukannya di dunia, dinisbatkan kepadamu. Engkau bertanggung jawab untuk
mendidiknya, membimbingnya menuju Allah dan membantunya untuk menaati
perintah-Nya.
Maka,
perlakukanlah anakmu sebagaimana perlakuan seseorang yang mengetahui bahwa
andaikan ia berbuat baik pada anaknya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan
andaikan ia berbuat buruk niscaya ia akan memperoleh hukuan.” (Al
Khislal, hal.568)[4]
Mengapa Anak harus di didik dengan Agama Islam?
Alasan
mengapa anak membutuhkan agama karena agama sebagai sistem nilai-nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Menciptakan anak yang mempunyai landasan akan
perbuatan, keyakinan dan sosial atas norma-norma di dalam suatu agama. Dan juga
orang tua sangatlah mempengaruhi seorang anak dalam beragama dan dalam
mengikuti agama.
Beberapa
alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan anak, antara
lain adalah :
a.
Karena agama merupakan moral.
b.
Karena agama merupakan kebenaran, dan kebenaran merupakan agama.
c.
Karena informasi tentang masalah metafisika.
d.
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala
suka, maupun di kala duka.
e.
Karena manusia memiliki kelemahan dan ketidak berdayaan.
f.
Agama memberi bimbingan dan petunjuk dalam hidup anak.
g.
Agama adalah penolong dalam kesukaran.
h.
Agama menentramkan batin.
i.
Agama mengendalikan moral.[5]
[1] Zaenal Mustakim, Strategi
dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN PRESS, 2013).
[2] Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media
Mulia, 2010).
[3] Jalaluddin,Psikologi Agama(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004).hlm.66-74.
[4] Internet,(http://id.theasianparent.com/pesan-rasullullah-tentang-tata-cara-mendidik-anak), diakses pada 7 Juni 2015.
[5] Mohammad soleh, Imam. Agama
sebagai terapi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005).hal.43.
No comments:
Post a Comment